Pekan; kemarin #1
Panas terik matahari tanpa belas asih menyinari sepanjang perjalanan pulang kita ke Long Beach. Tapi katamu tadi ingin mampir menikmati pesisir pasifik yang sejuk di San Diego, lalu makan malam di Juniper & Ivy memesan Fish Tacos dan segelas Martini
Aku menghirup asap rokok yang sengaja engkau tiup seiring melaju kencangnya Ford Mustang keluaran 1970 milik kita berdua.
“Besok kita mau kemana lagi?”
Tanyaku dengan wajah riang dan senyum manis dibibir yang acapkali kau cumbu, tapi kali ini tidak. Karena aku sedang memakai Dior, mahal.
“Menonton teater seru sih”
Menyetir diiringi serenata dari Marvin Gaye, Jimi Hendrix, dan satu lagu favorit kita berdua berjudul Good Vibrations dari The Beach Boys
Berulang kau mengatakan “Kamu menawan” duh. Mati aku.
Makin kepayang satu, dua, seratus, mencium aroma tubuhmu yang seduktif berasal dari parfum yang kau kenakan di kaos putih oblong dengan celana coklat agak sobek bagian lutut
“Aku mau hidup selama-lamanya denganmu mengendarai mustang tua berdua, bersua, sampai tua”
Meskipun kamu hanya memakai kaos hitam, putih, abu dan aku memakai tank top merah anggur, sacramento, lilac. Pakaian apapun cocok denganmu.
Aku ingin menyetrika bajumu, memasak panekuk stroberi atau cerasus kesukaanmu.
Gelak tawa, tembok rumah putih, perabotan kayu jati, Demi Tuhan, sayang aku, kamu, bahkan Shakespare sampai Simon Gray tak mampu menulis kisah kita berbait-bait. Sayang, cintaku. Sampai mati.
“Besok temani aku saja, yah”