Sungkan ta sungkan?
Walah gatau sungkan, sudah dipinjemi, dibantu, dibaiki, di dan segala di yang “Konotasi” nya mengarah ke tindak (Baca)(keharusan) balas budi. Jadi sungkan itu yang bagaimana?
Kalau kamu sudah lama tinggal di Surabaya, yang dimana orang-orang disini mempunyai cara tersendiri untuk jual-mahal terhadap sesuatu atau pelan-pelan
Gapapa asal kesampaian serta yang paling menarik adalah sungkan
bagiku sungkan itu ada baiknya supaya kita tidak terkesan grusah-grusuh.
Contoh bila seseorang mertamu kerumah lalu si tuan rumah memberikan kudapan yang dipunyai tetapi si tamu belum mengambilnya, baru disini tuan rumah berkata “Lo ayo gausa sungkan-sungkan Nduk/Le diambil ae”. Nah untuk kasus seperti ini saya setuju karena pada dasarnya orang jawa kental dengan ungah-unguh, bila si tamu langsung makan apa yang disediakan dimeja tanpa sungkan-sungkanan dulu biasanya
Jancok arek iki kok ngeragas e talah
Tapi disini juga ada kata-kata (sungkan) yang entah dipergunakan sebagai jurus menyindir seseorang sehingga seorang itu bisa sadar (baca) '’secara terpaksa’'
Bila sudah dibantu harap membalas budi. Kalau tidak nanti akan dicap tidak tau sungkan, padahal bantu membantu adalah hal yang seharusnya dilakukan secara ikhlas tanpa mengharapkan imbalan apa-apa, Sungkan bila menolak sesuatu yang sebenarnya diluar kapasitas kita tapi ya gimana lagi senjata 'sungkan’ disini sudah terlekat manis.
Duh sunguh ironi. kalau 'sungkan' yang sebenarnya konotasinya baik malah dibuat sebagai embel-embel kepentingan semata.